Beranda | Artikel
Kisah Pemuda Penghuni Gua (Ashabul Kahfi) Part 2
Jumat, 7 Oktober 2022

Di prat 2 ini kita sambung kejadian unik yang terjadi diantara pemuda pemuda ashabul kahfi. Mereka bertemu tanpa saling mengenal sebelumnya. Mereka dikumpulkan oleh hati dan niat yang sama, sama – sama berniat menyelamatkan iman mereka dari pengaruh lingkungan yang merusak iman.

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah– menceritakan di saat mereka saling bertemu, mereka saling menyembuyikan niatnya mengapa mereka pergi meninggalkan kampung halaman yang sudah nyaman,

أنه جعل كل أحد يكتم ما هو عليه عن أصحابه، خوفا منهم ولا يدري أنهم مثله 

“Mereka saling menyembunyikan motif mengapa pergi dari kampung halaman, khawatir jika mengabarkan motifnya akan membahayakan mereka. Masing – masing tidak tahu kalau ternyata mereka semua pergi karena motif yang sama (pent. menyelamatkan agama).” 

Ibnu Katsir melanjutkan,

حتى قال أحدهم : “تعلمون -والله ياقوم- أنه ما أخرجكم من قومكم وأفردك عنهم إلا شيء فليظهر كل واحد منهكم بأمره.”

Sampailah ada dari mereka yang membuka pembicaraan, “Demi Allah kalian semua tahu apa sebabnya kalian terusir dari kampung halaman dan terasing di tengah masyarakat kalian. Terus terang sajalah, sebenarnya apa yang membuat kalian pergi.”

فقال آخر : أما أنا فإني رأيت ما قومي عليه، فعرفت أنه باطل وإنما الذي يستحق أن يعبد  ولا يشرك به شيء هو الله الذي خلق كل شيء : السموات واﻷرض وما بينهما

Akhirnya ada yang merespon, “ Kalau aku, sebabnya karena melihat apa yang terjadi di masyarakatku. Yang aku tahu itu salah. Karena yang berhak disembah dan tidak boleh disekutukan dengan suatu apapun adalah Allah, yang menciptakan semuanya; langit, bumi serta segala yang ada diantara keduanya.”

وقال اﻵخر : أنا والله وقع لي كذلك

وقال اﻵخر كذالك

حتى توافقوا كلهم على كلمة واحدة، فصاروا يدا واحدة وإخوان صدق

“Lalu yang lain merespon, ”Lho kok sama! Demi Allah itu juga sebab aku pergi dari kampung.”

“Aku juga..” respon rekannya yang lain.

Ternyata semuanya sebabnya sama. Akhirnya mereka menjadi bersatu dan bersaudara erat.”

(Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir – Ahmad Syakir, 2/466)

Nah, motif ketujuh pemuda ini kabur dari rumah, tersebarlah ke masyarakat, sampai ke raja – raja mereka. Merekapun dicari kemudian dihadapkan ke Sang Raja. Si Raja menanyakan apa alasan pergi meninggalkan kampung dan apa sebenarnya yang terjadi pada mereka. Pemuda – pemuda itu menjawab apa adanya. Lalu pasrah kepada Allah ‘azza wa jalla. Oleh karenanya Allah mengabarkan di surat Al-Khfi ayat 14,

وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهٗاۖ لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذٗا شَطَطًا 

Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdirilalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak menyembah tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang salah dan dusta.”

Di ayat selanjutnya Allah menceritakan keterangan pemuda – pemuda solih itu keluar dari tanah airnya,

هَٰٓؤُلَآءِ قَوۡمُنَا ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةٗۖ لَّوۡلَا يَأۡتُونَ عَلَيۡهِم بِسُلۡطَٰنِۭ بَيِّنٖۖ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبٗا 

Masyarakat kami yang telah menyembah tuhan-tuhan selain Allah. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah kiranya yang lebih zalim daripada orang yang berbohong atas nama Allah? (QS. Al-Kahfi: 15)

___

Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita Ashabul Kahfi di atas adalah :

  1. Orang baik pasti akan berkumpul dengan orang baik. Sebagaimana orang jahat akan berkumpul dengan orang jahat.
  2. Persahabatan paling erat dan setia adalah persahabatan yang motifnya cinta karena Allah berkumpul berpisah karena Allah. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

    ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

    Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : [1] ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai seseorang hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila dilemparkan dalam neraka.”  (HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim no. 43)

    Begitu juga dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah,

    وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

    Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)

    Begitu pula dalam hadits Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْحُبُّ فِى اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِى اللَّهِ

    Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad 5: 146 dan Abu Daud no. 4599. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirih, dilihat dari jalur lain)

    Baca Juga : Cenderung Cinta Padanya

  3. Bolehnya berterus terang kepada orang yang tepat dan di saat ada maslahat. Pemuda – pemuda itu berterus terang antar sesama mereka, ternyata motifnya sama, pergi demi meyelamatakan agama tauhid yang mereka anut. Lalu datanglah maslahat berupa persaudaraan yang sangat erat yang diikat oleg tali iman yang sangat kuat. Mereka juga berterus terang saat ditanya raja mengapa kabur dari rumah. Maslahatnya adalah untuk mendakwahi Sang Raja agar bertaubat dari kesyirikan dan menerima agama yang dasarnya adalah tauhid.

Semoga Allah menambah iman dan hidayah kepada kita semua.

Sekian….


 

@ Ponpes Hamalatul Quran, 11 Rabiul Awal 1444 H

Ahmad Anshori


Artikel asli: https://remajaislam.com/1920-kisah-pemuda-penghuni-gua-ashabul-kahfi-part-2.html